Minggu, 30 Januari 2011

Sudah Benarkah Pandangan Anda Dalam Membuka Usaha ? (Bagian 1)

 Satu kenyataan yang harus dimengerti oleh semuanya saja. Kita manusia memiliki satu sifat yang saya pikir tidak ada manusia yang tidak memilikinya. Ya benar, sifat itu adalah mencari kebahagian dan mengindari kesengsaraan. Semua manusia pasti mendambakan kebahagiaan dan benci akan kesengsaraan dalam hidupnya. Maka dari itu, manusia rela memeras peluh demi mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dan mereka menyadari betul akan hal itu. Jika mereka menginginkan demikian, mereka harus rela bersusah payah terlebih dulu. Entah apapun itu cara yang mereka tempuh. Menjadi juragan tertentu, atau karyawannya. Guru, dokter, insinyur, pedagang, pembantu rumah tangga, atau yang lain. Sangat beragam. Atau dari segi apakah cara yang ditempuh adalah halal atau yang haram. Semua kembali kepada pribadi masing-masing. Hanyasanya saya menilai ada satu persoalan yang saya lihat perlu dikoreksi. Hal ini saya tujukan bagi mereka yang melihat ‘usaha’ sebagai satu-satunya jalan meraih kesuksesan. Itu saja harus menjadi sebagai ‘bos’-nya, karena percuma saja menjadi karyawan. Menjadi karyawan tidak akan pernah menjadi kaya. Tentu saja ini adalah pandangan yang keliru. Kekeliruan ini dapat kita simpulkan dengan penjelasan berikut ini : Pertama, kita dicipta sebagai makhluk sosial. Tidak dapat hidup tanpa bantuan yang lain. Artinya, masing-masing dari kita sudah tentu memiliki spesifikasi yang berbeda-beda. Dalam kata lain, mereka menempuh profesi yang memang sesuai dengan keterampilan mereka. Dan ini sudah merupakan hukum alam. Sehingga tidak akan pernah ada semua manusia beprofesi dengan satu jenis profesi. Misal jadi pebisnis semua. Jelas hal ini tidak akan pernah terjadi. Kesimpulan secara tidak langsung dari status kita sebagai manusia sosial adalah keterampilan dari masing-masing kita adalah berbeda, sehingga profesi yang ditempuh pun akan berbeda pula. Dan perbedaan tersebut akan memunculkan keberagaman status dan profesi yang masing-masing memiliki peran dalam dunia kerja yang digeluti. Kenyataan di atas adalah logis adanya. Kedamaian dan ketenangan dalam hidup dapat kita rasakan ketika melihat keberagaman keterampilan yang memang sudah didesain khusus oleh penciptanya. Dengan rasa ingin membantu (semoga demikian) sekaligus mendapat penghidupan dari profesi yang memang sudah spesialis di bidangnya, manusia dapat saling melengkapi. Karena tidak mungkin satu manusia menguasai semua lini kehidupan. Jadi masing-masing ada yang ‘expert’ di bidangnya. Tidak bisa seorang manusia memegang semua profesi; dokter, guru, pilot, sopir, pedagang, dan lain sebagainya. Jika manusia sudah menyadari akan hal ini, maka dia akan merasa tenang bila dia menempuh usaha selama bertahun-tahun sebagai profesinya, dan ternyata ditakdirkan gagal, dia tidak akan putus asa. Bisa jadi profesi lain sesuai dengan skill atau potensi yang dianugrahkan kepadanya. Hal inilah yang kiranya perlu diperhatikan. Pemahaman bahwa profesi yang paling berpotensi paling cepat mendapatkan kecukupan adalah hanyalah bisnis adalah pemahaman yang dapat mematahkan semangat hidup bagi seseorang yang sudah over dalam menghayati pemahaman di atas. Ketika dia bertekad penuh ingin menjadi pebisnis sejati, namun jalan yang terbentang di hadapannya hanyalah kegagalan. Sehingga ketika takdir memang tidak sejalan dengan keinginan dia sebagai pebisnis, mungkin profesi yang lain yang memang sesuai dengan potensi yang dianugrahkan kepadanya, hatinya akan berontak dengan kenyataan hidup yang dia hadapi. Ketika dia menempuh hidup dengan profesi selain bisnis, dia melakukannya dengan setengah hati lantaran keyakinannya bahwa profesi selain bisnis tidak akan membawanya cepat kaya. Dari kesetengah-hatian yang bermula dari profesi yang tidak sesuai dengan keinginannya, lama-kelamaan karena terbiasa seperti itu, akhirnya semua aktifitas terkena imbas kesetengah-hatiannya. Hal ini jelas sangat merugikan. Entah merugikan dirinya sendiri maupun yang lain. Yang jelas kalau yang dirugikan dirinya sendiri tidak masalah. Hanya bagaimana jika yang dirugikan orang lain ? Yang penting anda bukanlah termasuk orang yang ingin dirugikan oleh yang lain. Namun ada satu persoalan lagi yang harus saya sampaikan, bahwa kegagalan kita dalam berbisnis jangan langsung kita vonis bahwa kita memang tidak cocok berprofesi sebagai pebisnis. Bila kita memang yakin bahwa kita bisa dalam menjalankan usaha, tidak ada salahnya kita menekuninya. Kegagalan yang kita alami bisa terjadi mungkin karena memang belum saatnya, atau karena strategi yang mungkin perlu dievaluasi, atau mungkin kita kurang berusaha dengan sungguh-sungguh dengan cara cerdas. Dan masih banyak lain yang mungkin menyebabkan kesuksesan kita tertunda. Teruslah semangati diri kita untuk terus berusaha dan berkarya !

Kamis, 13 Januari 2011

Sebuah Harapan Penulis ...

‘Yaa..., apa boleh buat, nasib memang sudah seperti ini’. Ungkapan pendek ini seringkali terucap di bibir dan terngiang-ngiang di telinga kita. Bahkan sering pula kita wariskan pada orang lain, ketika sebuah ‘ilustrasi hidup’ mengalami kegalauan yang membawa pada sebuah ‘keputusasaan’. Manusia memang dilengkapi unsur ‘keluh kesah’ dalam dirinya. Ketika dia menerima ‘kesuksesan’ dari sekian ribu kegagalan yang dialaminya, maka kegagalan itu akan sirna dengan seketika, bak pasir yang disirami hujan di atas batu. Tapi ketika ‘kegagalan’ menghampirinya, maka seketika itu pula, bibirnya akan berucap ‘memang suratan takdir bagiku’. Ingat ! tak satupun makhluk menginginkan ‘ketidaksuksesan’ dalam hidupnya, sehingga mereka selalu mempertahankannya dengan berbagai taktik dan strategi jitu. Hanya saja, cara dan sistem yang mereka bangun seringkali jauh dari ‘diri’-nya, sehingga kesuksesan tidak tergapai. Dan sebaliknya kegagalanlah yang diraupnya. Mungkin anda bertanya seberapa pentingkah keberadaan blog ini dalam koleksi literatur anda ? Dengan membaca blog ini, insya Allah kita akan menemukan banyak ide segar dan kreatif yang dituangkan para penulisnya yang saya ruju dari buku ‘Menguasai Pasar dan Mengeruk Untung’ terbitan Renaisan tahun 2005. Terkesan edisi lalu memang, namun perlu anda ketahui, tidak semua strategi kontemporer selalu menjamin keberhasilan lebih. Saat-saat tertentu, strategi lama dapat menghantam telak bagi strategi baru. Dan mungkin bila kita berpikir kreatif, bisa saja kita kombinasikan antara keduanya sehingga menghasilkan strategi baru. Luar biasa bukan ? Blog yang sedang di hadapan anda ini merupakan koleksi para penulis ‘Menguasai Pasar dan Mengeruk Untung’, di mana para penulisnya berbagi dengan ceritanya dalam merintis usaha, serta memberikan langkah-langkah jitu dalam pengelolaanya. Tapi ingat ! orang yang berani mengambil resiko dalam hidupnya adalah orang yang berani untuk menghadapi ‘kesuksean’, tetapi dibalik dari kesuksesan itu lubang ‘kegagalan’ juga terbuka. Maka blog ini di samping menawarkan teknik jitu merintis dan mengembangkan usaha, tetapi juga dilengkapi bagaimana bangkit dari kegagalan. Saya berharap, semoga blog ini dapat memberikan manfaat kepada siapa saja. Baik saya sendiri yang sedang membangun usaha, maupun orang lain yang kiranya memerlukan ‘gizi’ dalam usahanya agar berjalan lancar. Meskipun kesuksesan adalah kehendak-Nya, bukan berarti kita menyerah pasrah tidak berusaha. Dan ketika kita sudah mengerahkan seluruh kemampuan kita pun, kita tidak berhak memaksa kehendak-Nya untuk membuat harapan kita menjadi kenyataan. Karena terlalu bodoh bagi kita untuk menginginkan semuanya harus terjadi sesuai keinginan kita. Dia lebih tahu mana yang baik untuk kita. Semoga kita selalu dalam bimbingan-Nya, sehingga dalam menjalani hidup dan usaha kita barangkali, selalu mendapatkan hikmah yang terbaik untuk kita.