Minggu, 26 Juni 2011

BERINVESTASI DI REKSADANA UNTUK MASA PENSIUN

Nama saya Ruth, saya tinggal tinggal di kota Malang Jatim, umur saya 30 thn. Saya telah membaca buku Bapak tentang Perencanaan Program Pensiun. Dan saya tertarik untuk mengikuti program reksadana. Setiap bulan saya bisa menyisihkan gaji saya sebesar Rp. 200.000,-. Yang ingin saya tanyakan :
1. Apakah program reksadana yang bisa saya ikuti dengan setoran hanya Rp. 200.000,- per bulan?
2. Jenis reksadana apa yang dapat saya ikuti, dan jangka waktu berapa tahun?
Saya sangat mengharapkan jawaban dari Bapak. Atas perhatiannya saya ucapkan banyak Terima Kasih.

Jawab :
Memang, bagi sebagian orang terkadang melupakan hal yang satu ini, yaitu mempersiapkan dana untuk pensiun nanti. Banyak dari mereka yang mengatakan bahwa pensiun masih lama, sehingga mereka biasanya menunda-nunda untuk menyiapkan dananya. Beruntung, Anda sudah bersiap-siap sejak saat ini untuk itu, sehingga tentunya akan meringankan beban keuangan untuk mendapatkan sejumlah dana yang nilainya sangat besar tersebut untuk kebutuhan pensiun Anda.
Ada beberapa produk keuangan yang bisa Anda pergunakan untuk menyiapkan dana pensiun. Salah satunya adalah reksadana. Mengapa? tentunya kita ketahui bersama, tiap tahunnya biaya hidup semakin tinggi atau perkiraan naik sekitar 10 persen, dan salah satu instrumen investasi yang dapat mengimbangi inflasi adalah reksadana. Reksadana adalah merupakan dana kelolaan yang di kumpulkan dan dikelola dari masyarakat atau investor oleh manajer investasi yang kemudian akan di investasikan pada produk investasi yang potensial untuk mendapatkan hasil yang tinggi. Namun perlu diingat, sebagaimana namanya, yaitu produk investasi di mana di satu sisi mendatangkan hasil yang tinggi, di lain sisi juga mengandung risiko. Wah berisiko juga yah? memang mbak, di mana-mana yang namanya produk investasi pasti mengadung resiko. Tak perlu khawatir, para manajer investasi akan dengan pandai mengelola dana yang Anda percayakan kepada mereka dengan kemampuan yang dimiliki tentunya.
Saat ini sudah banyak perusahaan sekuritas yang menetapkan setoran awalnya hanya Rp. 750.000,-. Dan hanya dengan Rp.250.000,- Anda juga sudah bisa melakukan penyetoran rutin untuk menambah unit penyertaan yang Anda miliki. Nah, untuk jenis reksadana yang cocok untuk Anda, tergantung pada bagaimana profil Anda dalam menghadapi risiko. Apabila mbak Ruth senang berhadapan dengan risiko maka saya sarankan untuk mengambil reksadana campuran. Tapi apabila ingin "bermain" yang lebih aman, pakailah reksadana campuran atau pasar uang. Seperti kita ketahui bersama yah mbak, semakin tinggi risiko atas suatu produk investasi semakin tinggi pula hasil yang akan didapatkan. Nah, sekarang bagaimana dengan Anda?
Semoga bermanfaat.
Sumber : Sindo, Mei 2007

Sabtu, 25 Juni 2011

TIPS MEMULAI USAHA

Pak, saya seorang karyawan dengan penghasilan yang pas-pasan untuk menghidupi keluarga. Saya berfikir untuk memiliki usaha sendiri biar ada tambahan penghasilan bagi keluarga. Tapi yah itu pak, saya selalu bingung mau usaha apa karena kalau lihat segala macam usaha kok udah ada yah. Oh iya, kemampuan yang saya miliki cuma di hal-hal yang berbau tekhnik saja kalau membetulkan motor atau mobil sih saya bisa. Yang ingin saya tanyakan, kira-kira tips apa yah yang bisa diberikan kepada saya yang ingin mendirikan usaha ini. Banyak terima kasih pak.
Cornelius - Surabaya

Jawaban:
Jujur ya mas, sebenarnya semua jenis usaha tuh jatuh-jatuhnya sama saja lho, yaitu bahwa apapun usaha itu, pasti punya peluang untuk berhasil dan terus berkembang. Jangan lupa bahwa apapun usahanya, faktor yang paling berperan penting di dalam setiap usaha adalah faktor manusia di dalamnya yang mengelola usaha tersebut. Percaya deh, kalau Anda sungguh-sungguh dalam mengelola usaha itu, wah mas.... nggak ada kata nggak mungkin kalau dari usaha itu nanti Anda bisa hidup makmur. Contohnya gampanglah mas. Lihat aja, sekarang kayaknya orang sudah jenuh untuk membuka usaha wartel atau bengkel motor karena sudah terlalu banyak. Tapi dengan kelihaian dalam memilih lokasi yang strategis dan juga kepandaian dalam mengelola, masih banyak juga tuh usaha wartel yang bisa bertahan dan malah semakin maju. Jadi, yakin deh bahwa usaha yang bakal Anda jalankan nanti pasti juga bisa maju seperti mereka-mereka yang sudah mulai duluan.
Nah, sekarang usaha apa ya yang kira-kira cocok dengan Anda? Hmm, ada beberapa saran dari saya buat Anda untuk menentukannya. Pertama, mulai deh dari yang Anda suka. Anda bisa mulai membuka usaha yang sesuai dengan kesukaan atau hobi Anda, karena kalau Anda sudah suka ? wah - Anda tentu nggak akan cepat bosan dan mudah menyerah dalam menjalankannya kan? Bahkan mungkin hambatan-hambatan yang akan muncul di awal usaha Anda berdiri bisa jadi satu tantangan sendiri. Ya nggak?
Kedua, usaha bisa dimulai dari sesuatu yang Anda kuasai. Membuka usaha dengan sesuatu yang Anda kuasai juga bisa dilakukan. Seperti, Anda menguasai tentang mesin motor atau mobil. Nah, jangan lupa bahwa dengan menguasai teknik sesuatu, maka Anda tinggal menambahkannya dengan teknik berwirausaha. Seperti Anda bisa cari tahu, bagaimana caranya agar uang bisa datang dari penguasaan teknik itu. Dengan keahlian Anda, Anda bisa mendapatkan uang dengan menjual jasa montir.
Terakhir, usaha bisa dilakukan dengan menelusuri kemana saja selama ini uang Anda pergi. Contohnya, setiap pagi Anda membeli sarapan, lalu membeli kebutuhan rumah tangga dan pulang pergi Anda membayar uang untuk transport. Di sini, Anda bisa meneliti satu persatu bagaimana uang tersebut berputar, yaitu kepada tukang penjual makanan, pengusaha rumah tangga dan sopir angkot. Mungkin ada celah dimana Anda bisa mengambil keuntungan dari berputarnya uang tersebut, seperti menjual beras kepada penjual sarapan Anda, menjual jasa kepada toko kelontong Anda atau menjual handuk kepada supir angkot Anda.
Selamat berwirausaha.
Dikutip dari Sindo, 10 Februari 2008

Jumat, 24 Juni 2011

PEMBUKUAN SEDERHANA USAHA KECIL

Mas Safir,Perkenalkan nama saya Zainal dan saya adalah pembaca setia rubrik yang Anda asuh ini Mas. Benar-benar banyak manfaatnya bagi pengelolaan keuangan keluarga saya. Begini Mas, saya lagi bingung nih, orang tua saya ingin membuka usaha kelontong dan bahan-bahan sembako. Yang jadi permasalahan saya adalah bagaimana yah dengan pembukuan yang harus saya buat agar bisa terkontrol dengan baik pemasukan dan pengeluarannya. Tempat usaha sudah saya sewa untuk 3 tahun sebesar 6 juta dan ada juga biaya renovasi sebesar 700 ribu. Ada juga biaya untuk membeli etalase sebesar 1 juta dan untuk modal awal usaha perkiraan membutuhkan kurang lebih Rp 2,5 juta.
Terima kasih sebelumnya.
Zainal - Surabaya
Jawab:
Mas Zainal, menjalankan usaha memang butuh perencanaan dan perhitungan yang matang, supaya Anda jadi tahu, mau dibawa kemana nanti usaha itu. Setiap orang punya berbagai tujuan dalam mendirikan usaha, mulai dari mengisi waktu luang dan menambah penghasilan buat keluarga, sampai mencari untung, untung dan untung. Nah, apapun tujuan Anda, ada perencanaan yang baik tetap harus ada sehingga usaha Anda nggak akan berhenti di jalan sebelum tujuannya tercapai. Ya nggak?
Kembali ke pertanyaan Anda, bagaimana pembukuan yang baik untuk usaha Anda. Kalau yang dimaksud teknis pembukuannya, wah kayaknya gak bisa dijelaskan di sini mas, karena bisa jadi akan terlalu panjang penjelasannya. Tapi tenang saja mas, ada jalan keluarnya kok. Coba deh baca beberapa buku yang membahas tentang ini. Anda bisa cari buku di toko buku yang membahas tentang pembukuan untuk usaha kecil, atau membeli software pembukuan yang sederhana dengan komputer.
Tapi, saya coba jelaskan singkatnya saja, coba Anda catat dengan baik semua pemasukan dan pengeluaran uang dan barang. Gimana caranya biar gampang? Pakai saja nota penjualan untuk setiap transaksi yang dilakukan. Sekecil apapun transaksi yang dilakukan dan – kalaupun si pembeli nggak meminta notanya - tetap buatkan saja notanya sebagai catatan Anda. Simpan saja nota-nota ini dan setiap satu bulan baru Anda bukukan. Tapi yaa, kalau Anda takut lupa, bisa dimasukkan saja langsung ke dalam buku aliran kas usaha. Begitu juga dengan pembelian barang dagangan, minta semua notanya dan simpan baik-baik. Anda tidak perlu melakukan pembukuan sendiri kok. Coba minta pelajar SMK jurusan akuntansi untuk membuat pembukuan usaha Anda tersebut. Nanti mereka juga akan membantu menghitungkan berapa keuntungan yang dapat Anda peroleh setiap bulannya dan tentunya nilai penyusutan dari perlengkapan-perlengkapan yang Anda miliki. Gampang, kan? Jadi Anda nggak perlu pusing lagi sekarang dalam masalah pembukuan usaha. Mudah-mudahan usaha Anda sukses ya Mas.
Dikutip dari Sindo, 23 Maret 2008

Kamis, 23 Juni 2011

MEMPERTIMBANGKAN UNTUK PENSIUN DINI

Pak Safir, melalui e-mail ini saya mohon bantuan untuk dapat kiranya memberikan solusi serta pencerahan bagi saya bagaimana dan apa sebaiknya yg harus dilakukan untuk merencanakan keuangan keluarga di masa datang. Saya karyawati swasta, usia 44 thn, mempunyai 3 orang anak usia 14, 10 dan 3,5 thn, saat ini ada penawaran pensiun dini di kantor dan saya tertarik ikut program tersebut yang insya Allah uang yang akan didapat adalah +/- Rp. 500 Juta. Suami bekerja di swasta, penghasilan +/- Rp. 6,5 juta/bulan, sementara pengeluaran rumah tangga +/- Rp. 8 Juta/bulan.
Yang menjadi pertanyaan :
1. Harus bagaimana saya memenuhi kebutuhan per bulan, sementara uang tersebut ingin saya tabung saja untuk keperluan masa depan, apakah hanya ditabung saja lalu diambil bunganya per bulan? bila demikian mungkin sama saja dengan tidak ada penambahan pemasukan karena bunga selalu habis diambil ?
2. Kalau ingin investasi, berapa persen kah dari uang tersebut yang aman dan tidak mengganggu untuk kebutuhan per bulannya. Kalau mau buka usaha bisa tidak yah?
Terima kasih dan salam hormat,
Feni - Bekasi

Jawaban:
Memang sih, biasanya adanya tawaran pensiun dini dari perusahaan sangat ditunggu-tunggu oleh para karyawan. Tapi tentunya juga butuh pertimbangan yang cukup matang, khususnya dari sisi keuangannya. Pertanyaanya sekarang, Apakah pesangon yang akan Anda terima itu nantinya bisa menggantikan penghasilan yang tentunya akan hilang setelah Anda berhenti bekerja.
Ok, sekarang coba Anda buat hitungan sederhana saja di atas kertas mbak. Kalau Anda jadi mengambil program pensiun dini, maka Anda akan mendapatkan uang pesangon sekitar 500 juta dan juga Anda butuh dana sebesar kurang lebih 1,5 juta untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga perbulannya. Gimana cara mendapatkan dana kekurangan tersebut? Dan gimana juga cara mengelola uang pesangon itu sebaiknya?
Pertama, untuk menutupi kekurangan dana kebutuhan hidup keluarga perbulannya, Anda masukkan saja 80 persen dana tersebut ke dalam bentuk deposito. Kenapa deposito? Karena Anda membutuhkan produk keuangan yang dapat memberikan hasil tetap setiap bulannya sebagai pengganti pengasilan Anda selama ini. Katakanlah dengan tingkat bunga deposito dikisaran 6 persen, Anda akan mendapatkan sekitar 2 juta perbulannya. Nah, jumlah dana yang Anda butuhkan hanya 1,5 juta, maka sisanya bisa Anda investasikan lagi secara rutin untuk kebutuhan masa depan yang lainnya. Misalnya untuk persiapan pendidikan anak, pensiun dan lainnya. Bisa dengan cara membeli emas batangan atau ditabungkan lagi untuk modal usaha.
Kemudian untuk sisa yang 20 persennya lagi bisa Anda kembangkan melalui produk keuangan yang namanya reksadana. Loh kenapa harus ke reksadana? Karena dengan investasi ke reksadana, Anda tidak usah lagi memikirkan harus ke mana uang itu diinvestasikan. Reksadana ini dikelola oleh sekumpulan profesional dalam bidang keuangan yang dinamakan Manajer Investasi. Merakalah yang nantinya akan mengelola dana yang Anda tanamkan, dan nanti mereka akan memberikan laporan hasil investasi Anda setiap bulannya. Enak, bukan?
Saya rasa komposisi persentase tersebut sudah cukup pas untuk Anda mbak. Jadi kalau tidak ada perubahan dengan jumlah nilai pesangon yang diberikan, gak ada salahnya kok mbak untuk memanfaatkan program pensiun dini tersebut. Selain dari sisi keuangan sudah bisa terlihat nilainya memadai, Anda juga bisa lebih dekat lagi dengan buah hati dirumah. Menarik kan?
Dikutip dari Sindo, 20 April 2008

Rabu, 22 Juni 2011

KREDIT PEMILIKAN RUMAH

Tanya :
Pak Safir, Saya seorang pegawai, ingin bertanya tentang perencanaan keuangan untuk mengambil KPR. Perlu diketahui oleh Bapak penghasilan saya setiap bulan sebesar +/- Rp.5.000.000, saya ingin mengambil perumahan dengan harga sekitar +/- Rp. 226.000.000,00 s.d Rp. 230.000.000,00 dan saya mempunyai tabungan sebesar +/- Rp. 100.000.000,00, yang rencananya akan saya pergunakan untuk pembayaran DP dan untuk biaya administrasi, bea balik nama sewaktu mau akad kredit nanti. Dan saya mempunyai hutang bank sebesar Rp. 1.500.000. Apakah saya dianggap Mampu sewaktu akan melakukan akad kredit apabila saya mengambil KPR.
Jawab :
Rencana Anda untuk segera memiliki rumah sangat bagus sekali. Loh kenapa? Karena semakin cepat Anda memiliki rumah, baik itu melalui KPR atau melunasinya langsung, tentunya Anda memiliki kesempatan untuk memilih lokasi yang cocok dengan selera dan juga harganya. Mungkin kalau Anda tunda pembelian rumah hingga tahun depan atau dua tahun lagi misalnya, tentu lokasi yang saat ini Anda minati sudah dimiliki oleh orang lain.
Nah sekarang, Anda kira-kira dianggap mampu gak sih oleh pihak bank untuk mengambil KPR? Jawabnya ya, Anda bisa kok mas memiliki rumah melalui KPR. Harga rumah kan setiap tahunnya akan terus meningkat yang biasanya kenaikannya lebih tinggi dari pengenaan bunga KPR tersebut. Jadi, Anda bisa kok ambil jangka waktu yang panjang untuk pembayaran cicilannya, katakanlah selama 10-15 tahun. Dengan semakin panjangnya jangka waktu cicilann yang Anda ambil, tentunya besarnya cicilan yang harus Anda bayar bulanan otomatis jadi lebih rendah nilainya. Dalam mengelola keuangan rumah tangga, hutang memang mendapatkan perhatian yang cukup serius. Kenapa? Karena biasanya besarnya hutang ini menyebabkan seseorang akan mengeluarkan lebih banyak untuk membayar cicilannya. Yang jadi masalah, dalam pengeluaran rumah tangga tidak hanya ada hutang saja, tapi ada juga kebutuhan lainnya yang tentu perlu juga diperhatikan. Seperti pengeluaran untuk kewajiban sosial, investasi dan juga kebutuhan sehari-hari. Jadi, besarnya semua cicilan hutang, baik itu KPR dan hutang lainnya, yang boleh Anda lakukan adalah tidak lebih 30 persen dari penghasilan yang diterima.
Demikian, semoga bermanfaat.
Sumber : Sindo, 06 April 2008